Senin, 11 Februari 2013

EDISI JOWO , OMONG OPO ONONE (iki sekedar intro rek . kesanku tok)
HALOOO REKKKKKKKK.......!!! ApHa KbhAR QmhuW cMuanyAA ? <=== (Lha kuwi kata-kata jaman jahiliyah,sek labil) Yo opo kabarmu nang kunu? lha iki yo blogku rek. Aku kawitan eleng lek nduwe blog. Iki ae ketepak'an sek ndak lali user karo password.e blog ku. Yo ngene kuwi wes tampilan blogku. Maklum, blogku iki wes suwe ora tau tak buka, sak elengku kiro-kiro wes oleh 4 tahun ndak tau tak utek-utek, opo maneh tak rumat. Mergo aku yo ngunu, nggawene blog iki ae aku lali gara-gara opo?. moro-moro aku wes nduwe blog. Tak eleng-eleng ndisek yo rek....... Rampung wes..............., # ("wes a? lek durung eleng rah usah mbok pekso, ndul !") <== sing nggenah rah cuk! Lha, kata-kata ndek duwur iku sing omongane "Cuk" keceplosan , #AKU ELENG WES,..! IHIRR..! Tibakno , koen ngerti ra? aku nggawe blog iki pas kelas siji SMP, lha sak iki aku wes kelas 2 SMA . Yo wes suwe soro kan? tampilan blog.e ae koyok ngene. ngisin-ngisini kan ? opo maneh jenenge blogku "ALFIER'z" <=== njijik.i soro............ wkakakakakak, tak delok-delok, tak perhatikno,tibak.e aku ALAY mbiyen , ckckckk... kawit nyadar aku . Tapi yo mbuh maneh, jenenge jaman SMP sik ra weruh opo-opo aku. kenalan mbek cewek ae wedi , opo maneh nduwe cewek yo paling tak jarno ,. (Halah , .. ngomong opo aku seh . ) Ngomong-ngomong, (sekedar kalian tahu), kenalno rek: jenengku iki insyaallah "YOGA ALAM FIRDAUS" yaiku sing duwe blog wajor iki . aku mbiyen pas SMP skolah nang SMP 1 Prob, lha saiki aku wes gede rek .........! (Hore). Saiki aku skolah nang SMA 1 Probolinggo , kutho kelahiranku dewe , sing kiro-kiro jarak omah nang skolahku 10 kilometer. Yo maklum seh rek , aku mung cuma wong ndeso , nyoba urip lan sekolah nang kutho. #terus arep ngomong opo maneh aku yo ?.... Oiyo , kenalan blog arek liyoku sik setitik rek ..... mbok yo nyuwun tulung ajari ya opo ngatur blog, terus ben pengikut blogku akeh . Ndak guna kan yen aku kesel ngetik ngene ndak onok seng ndelok/moco tulisanku iki . JADI ................ aku yo ajari rah, mbuh lewat endi tah? OKEE.............? (y) WES YO REKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK.................... Sak durunge aku njauk sepuro yen awakmu-awakmu kabeh ndak mudeng karo boso.ku , iki boso jowo kasar rek . Terus sepurane lek misale aku salah salah kata, Desain blogku sing elek iki. Yo harap maklum lah, aku lho ndak iso blas tentang blogging, pokok lek jareku mung kari nulis ae. Cekap semanten ............... WASSALAM ...

Sabtu, 06 Maret 2010

Apes part 1

duhh...hari ni mnjadi hal yang cukup pengen hanya trulang skali saja...
karena hari ini q dipotong rambut (bukan di potong lg, malahan motong rambutnya ngawur poll) yg eksekusi oleh Mr.Totok.... (#^EGJS#99)
megeli ...pengen ngomong rusuh tok ae aku... krna pada saat tu q ditonton oleh temen sklz dn mngkin orang dri klz laen...
pokok'e JANCOK ez....
mungkin gara-gara BuDeV ....
tapi itu mngkin tanda kasih sayangnya sorang guru trhadap muriDny...
y gpp lah....tapi lain kale q gak mau trulang lagi..
cukup 1x saja.....
amin....amin....amin

Rabu, 03 Maret 2010

AwaL kisaH Punk Rock Jalanan



Tersebutlah seorang pemuda berusia 15 tahun. Namanya Tigor bersekolah kelas 3 SMP Kartika Balikpapan. Lahir di keluarga baik-baik. Konon ceritanya keluarganya yang tadinya kaya-raya mendadak jatuh miskin karena perusahaan sang ayah yang bergerak di bidang kontraktor sipil gulung tikar. Di tengah hobinya bergabung dengan klub BMX, Tigor tidak dapat memenuhi kebutuhannya untuk menyalurkan hobinya itu lebih dalam…yaitu memakai barang-barang bermerk di tubuhnya, membeli ornamen-ornamen untuk sepedanya, dan sebagainya. Belum lagi ejekan dari teman-teman satu klub yang selalu diterimanya. Sementara di satu sisi, terdapat sebuah klub juga yang menamai diri mereka ‘street guys‘. Dalam jiwanya yang labil, Tigor akhirnya membelot. Anak-anak ‘street‘ jiwa kekeluargaannya lebih besar dibanding anak-anak BMX yang berasal dari keluarga ‘berada’. Tigor mulai merokok, bahkan untuk anak seusianya yang masih tergolong belia, ia sudah mulai mengenal alkohol. Orang tuanya tak henti-henti menasehatinya, tapi doktrin punk terlalu kuat…isinya antara lain "Nazi fuck…polisi anjing…kita bukan budak, jangan mau disuruh-suruh…kami anti kemapanan!!!".

Orang tuanya hanya bisa mengurut-urut dada saja ketika Tigor membantah sewaktu disuruh membuang sampah rumah tangga mereka di tempat pembuangan sampah yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Hingga suatu waktu sang ayah marah besar ketika Tigor membentak beliau hanya karna disuruh pergi ke warung makan. Kemarahan sang ayah membuat Tigor begitu sakit hati karena Tigor belum pernah melihat sang ayah semarah itu kepadanya. Tigor pergi dari rumah tanpa membawa baju ganti satupun. Ia pergi bersama kumpulan barunya yaitu ‘street guys‘ ato lebih kita kenal dengan nama anak punk yang sesungguhnya keberadaan mereka sangat meresahkan masyarakat sekitar dan selalu membuat para polisi jengkel. Di sinilah petualangan Tigor dimulai. Bersama kumpulan barunya ia ikut mengamen di lampu merah, jika lapar dan tidak cukup uang ia mentegakan dirinya mengorek-ngorek tempat sampah demi mengobati perutnya yang sangat kelaparan. Sementara ayah dan ibunya menangis berhari-hari di rumah, berharap Tigor, anak laki-laki satu-satunya mereka segera pulang ke rumah. Tigor memiliki seorang kakak perempuan yang kemudian diasuh oleh tantenya setelah mereka jatuh miskin.

Akhirnya suatu saat ibunya mendapati anak lelakinya itu sedang mengorek sebuah tong sampah. Kulitnya bertambah hitam, tubuh jangkungnya terlihat semakin kurus, rambutnya yang hitam legam bagus berubah menjadi model mohawk yang tak beraturan dan berwarna merah yang entah mungkin dari cat rambut murahan. Ibunya menangis melihat anaknya itu dan memintanya pulang ke rumah. Tapi Tigor tetap membantah sampai akhirnya temannya membujuknya untuk pulang…dan pulanglah ia. Ayahnya mulai mengalah padanya. Motor satu-satunya yang tersisa di rumah itu khusus untuk Tigor pakai. Tigor mulai mau sekolah lagi, tapi di akhir pekan, tak ada yang bisa menghalangi langkahnya untuk pergi ke Samarinda, 2 setengah jam dari Balikpapan waktu tempuhnya, bersama anak-anak punk. Namun ayah dan ibunya tak begitu khawatir karena di Samarinda banyak tante-tante dan sepupunya. Sampai akhirnya ia berkenalan dengan seorang gadis kelas 3 SMP di SMPN 2 Samarinda bernama Liza. Kebetulan Liza adalah teman satu sekolah sepupunya. Tigor pulang ke Balikpapan dengan hati berbunga-bunga. Bertambah rajinlah ia berkunjung ke Samarinda karena gadis bernama Liza ini. Orang tuanya sungguh khawatir sesuatu terjadi padanya sepanjang perjalanan lintas kota itu.

Akhirnya kelulusan tiba juga. Tigor masuk ke STM Swasta satu-satunya di Balikpapan, jurusan elektro. Belum selesai cobaan yang harus Tigor dan keluarganya terima, berawal dari kecurigaan kedua orang tuanya kalau si anak buta warna karena Tigor sangat susah membedakan antara warna merah muda dan hijau, ditambah lagi dengan sang ayah adalah seorang yang buta warna. Akhirnya keluarga membawanya ke puskesmas, namun kata puskesmas hanyalah kurang latihan. Oleh karena itu kedua orang tuanya tetap nekad memasukkan ke STM yang terdekat dari rumahnya.Namun karena sudah dilatih berulang-ulang si Tigor belum juga bisa menghafal warna-warna tersebut, dengan bantuan sang tante, kemudian Tigor kembali untuk melakukan pemeriksaan dan dibawa ke dokter spesialis mata. Tigor dinyatakan buta warna parsial (60%). Bermaksud baik, sang ibu membawa surat pernyataan dari dokter itu ke pihak sekolahnya agar anaknya dipindahkan jurusan ke jurusan otomotif saja. Ternyata pihak sekolah malah beranggapan bahwa anak buta warna sama sekali tidak bisa masuk di STM di jurusan apapun, jadi lebih baik pindah ke sekolah umum saja. Padahal STM tersebut sebelumnya tidak melakukan test buta warna terhadap calon-calon siswanya maupun meminta surat pernyataan tidak buta warna terlebih dahulu dari para calon siswanya, seperti yang dilakukan oleh STM negeri. Di sekolah teman-teman memperlakukannya seperti orang yang dikucilkan, sikap sang guru juga kurang baik kepadanya (karena Tigor memang bukan siswa teladan di sekolahnya). Akhirnya Tigor membuat keputusan untuk berhenti sekolah. Ia hanya mempunyai ijazah SMP dan tambah menjadi-jadi kehidupan malam dijalaninya di usianya yang baru 16 tahun itu. Suatu hari yang paling membuat orang tuanya shock adalah Tigor yang baru pulang dari Samarinda, membawa Liza pacarnya ke rumah. Saat itu memang sang kakak sedang nginap juga di rumahnya. Ketika ditanya oleh orang tuanya, katanya si Liza akan menginap semalam, mau jalan-jalan dulu di Balikpapan, tidurnya bareng kakaknya saja. Ketika orang tuanya menanyai Liza apakah sudah ijin kepada orang tuanya, Liza bilang sudah. Walau masih sedikit curiga karena Liza masih menggunakan seragam pramuka, namun orang tua Tigor cukup lega karena menurut Liza ia sudah meminta ijin sebelum ke Balikpapan. Sampai kemudian terjadi kehebohan besar.

Tantenya Tigor telpon ke rumah menanyai Tigor tentang keberadaan Liza karena orang tua Liza membuat ribut di rumah tantenya tersebut. Ketika mengetahui Tigor membawa Liza ke Balikpapan, tantenya langsung menyuruh mamanya Liza berbicara sendiri kepada ibunya Tigor. Ibu meminta mamanya Liza untuk tidak terlalu khawatir, namun mamanya Liza tetap bersikukuh meminta alamat Tigor di Balikpapan. Di tengah tidur pulasnya Liza, jam 4 subhu, orang tuanya menjemput menggunakan taxi argo. Mereka tampak sangat khawatir karena Liza adalah anak semata-wayang mereka. Akhirnya Liza dilarang orang tuanya menemui Tigor lagi. Tigor datang ke Samarinda sudah tidak disambut baik lagi oleh keluarganya Liza. Orang tua Liza tidak suka Tigor bergaul dengan Liza karena Tigor hanyalah seorang yang lulusan SMP, dan seorang punker. Liza berasal dari keluarga kaya. Tigor patah hati berat dengan Liza. Tigor mencoba untuk bunuh diri, namun teman-teman satu kumpulannya mencegahnya. Kehidupan Tigor tambah lekat pada kehidupan punk. Waktunya habis untuk mengamen dan berkumpul bersama anak-anak punk di jalanan. Puskib adalah tempat berkumpulnya mereka. Lampu merah adalah tempat mereka mengamen. Lagu andalan anak-anak punk berjudul "Punk Rock Jalanan".

Lagu itu selalu Tigor nyanyikan saat mengamen, karena Tigor merasa bahwa lagu itu sangat sesuai untuknya, dia memang seorang "Punk Rock Jalanan". Sewaktu orang tuanya memohonnya melepaskan diri dari punk, Tigor berkata, "Bu, mereka juga keluargaku. Sewaktu motorku kehabisan bensin di kilometer 20-an, di tengah hutan sana, aku menghubungi seorangpun temanku tak ada yang bisa datang menolongku, tapi ketika aku menelpon Dedy, salah seorang teman punk, semua anak punk Balikpapan datang menghampiriku, jalan kaki mereka dari kota demi aku, menemaniku mendorong motor sampai aku bisa mengisi bensin motorku. Aku menangis dalam hati saat itu. Karena sebenarnya saat itu aku sudah ingin lepas dari mereka. Saat Liza meninggalkanku, punk tidak pernah meninggalkanku."

Orang tuanya terharu dan tidak sanggup berkata apapun lagi. Punk memang meresahkan masyarakat, mungkin karena mereka terkesan urakan, tapi sikap kekeluargaan mereka terhadap sesamanya patut diacungi jempol. Begitulah kisah Tigor, Punk Rock Jalanan.

Jumat, 26 Februari 2010

Kau ada Dihatiku


Kau akan selalu ada dihatiku... Andaikan malam ini kau ada disini menemani...
Mungkin aku akan lebih bahagia... Tapi aku tahu kalau itu tak mungkin terjadi, dan walaupun kau tak bisa di sampingku... Tapi namamu akan selalu dihatiku, bayanganmu difikiranku, dan kau kan selalu di dekatku...